Selasa, 08 Desember 2015

SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF PADA PERUSAHAAN JASA

MAKALAH
SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF PADA PERUSAHAAN JASA (BANK MANDIRI)

Mata Kuliah Sistem Informasi Eksekutif

Dosen Pembimbing :Endang Kurniawan S.Kom,MM(http://endangkurniawan.com)






Disusun oleh :
1.     Muhammad Yusrin Junaidi A. (4113077)
2.     Chabibur Rohim (4113068)
3.    Iqbal Prasetya(411303500)
4.     Rimayatul Fitria(41131100)

PRODI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2015



BAB I
 PENDAHULUAN 


1.1 Latar Belakang 

     Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah, kinerja bank Mandiri terus mengalami peningkatan sesuai tuntutan para stakeholders untuk selalu menjadi lebih baik. kinerja bank Mandiri di kuartal petama tahun 2011 menghasilkan laba bersih sebesar 3,6 triliun rupiah. Dengan prestasi laba yang diraih, bank Mandiri mengalamni kenaikan laba bersih sebesar 88,7% dari tahun ke tahun dibandingkan dengan laba bersih yang diraih pada kuartal pertama tahun sebelumnya. Ini menandakan bahwa bank Mandiri sudah memiliki kinerja yang cukup baik dalam mengoperasikan bisnisnya. 

     Bank Mandiri memiliki komitmen untuk membangun hubungan jangka panjang yang didasari kepercayaan, baik dengan nasabah bisnis maupun perorangan dengan penyediaan solusi keuangan yang inovatif dan layanan berstandar internasional. Dengan didasari oleh komitmen yang kuat untuk selalu memberikan yang terbaik dalam memberikan jasa layanan perbankan, Bank Mandiri kembali menjadi juara umum dalam penghargaan The Best Bank Service Excellence 2011 dengan mempertahankan gelar juara setelah empat tahun berturut-turut meraih penghargaan serupa. 

     Dengan tuntutan untuk menjadi bank terbaik maka para top executive di jajaran Bank Mandiri dituntut untuk selalu memberikan keputusan-keputusan manajerial yang tepat dalam menghadapi setiap tantangan yang ada menghadapi persaingan para komopetitor di industry perbankan Indonesia. Oleh karena itu para top executive harus didukung oleh Sistem Informasi Eksekutif yang baik agar keputusan-keputusan manajerial yang dibuatnya didukung oleh informasi menyeluruh tentang kinerja perusahaan untuk mendukung kegiatan dan pekerjaannya. 

1.2 Tujuan 

     Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Informasi Eksekutif pada Bank Mandiri dalam membantu para top executive membuat keputusan-keputusan manajerial perusahaan. 

1.3 Sejarah singkat perusahaan

      Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintaha Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim and Bapindo–dilebur menjadi Bank Mandiri. Masing-masing dari keempat legacy banks memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. 

      Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Pada saat itu, kami menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan dan mengurang jumlah karyawan, dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620. Brand Bank Mandiri kami implementasikan secara sekaligus ke semua jaringan kami dan pada seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. 

      Satu dari sekian banyak keberhasilan Bank Mandiri yang paling signifikan adalah keberhasilan dalam menyelesaikan implementasi sistem teknologi baru. Sebelumnya kami mewarisi 9 core banking system yang berbeda dari keempat bank. Setelah melakukan investasi awal untuk segera mengkonsolidasikan kedalam system yang yang terbaik, kami melaksanakan sebuah program tiga tahun, dengan nilai US$200 juta, untuk mengganti core banking system kita menjadi satu system yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan consumer banking kita yang sangat agresif. Hari ini, infrastruktur IT Bank Mandiri memberikan layanan straight-through processing dan interface tunggal pada seluruh nasabah.

      Nasabah korporat kami sampai dengan saat ini masih mewakili kekuatan utama perekonomian Indonesia. Menurut sector usahanya, portfolio kredit korporasi terdiversifikasi dengan baik, dan secara khusus sangat aktif dalam sector manufaktur Food & Beverage, agrobisnis, konstruksi, kimia dan tekstil. Persetujuan dan monitoring kredit dikendalikan dengan proses persetujuan four eyes yang terstruktur, dimana keputusan kredit dipisahkan dari kegiatan marketing dari unit Bisnis kami. 

      Sejak berdirinya, Bank Mandiri telah bekerja keras untuk menciptakan tim manajemen yang kuat dan professional yang bekerja berlandaskan pada prinsipprinsip good corporate governance yang telah diakui secara internasional. Bank Mandiri disupervisi oleh Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN yang dipilih berdasarkan anggota komunitas keuangan yang terpandang. Manajemen ekskutif tertinggi adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Dewan Direksi kami terdiri dari banker dari legacy banks dan juga dari luar yang independen dan sangat kompeten. Bank Mandiri juga mempunyai fungsi offices of compliance, audit dan corporate secretary, dan juga menjadi obyek pemeriksaan rutin dari auditor eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPKP dan BPK serta auditor internasional. AsiaMoney magazine memberikan penghargaan atas komitmen kami atas penerapan GCG dengan memberikan Corporate Governance Award untuk katagori Best Overall for Corporate Governance in Indonesia dan Best for Disclosure and transparency. 

      Dengan aset yang terus bertumbuh sampai dengan diatas Rp 319 triliun, dan lebih dari 21 ribu karyawan yang tersebar pada 1000 kantor dalam negeri dan 6 kantor dan perwakilan luar negeri Bank Mandiri bertekad untuk memberikan keprimaan dalam layanan perbankan dan memberikan solusi keuangan yang sangat luas dalam investasi dan produk syariah, serta bancassurance untuk nasabah korporat, komersial, small business dan micro business selain nasabah individual kami. Tekad kami tersebut telah diakui dan dihargai sebagai peringkat pertama dalam Banking Service Excellence Award 2007 oleh Majalah Infobank. 


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 


2.1 Pengertian Sistem Informasi Eksekutif

     Executive Information System (EIS) atau disebut juga sebagai Executive Support System (ESS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang memungkinkan pihak eksekutif untuk mengakses data dan informasi, sehingga dapat dilakukan pengidentifikasian masalah, pengeksplorasian solusi, dan menjadi dasar dalam proses perencanaan yang sifatnya strategis.

     EIS mengintegrasikan data yang berasal dari sumber data internal maupun eksternal, kemudian melakukan transformasi data ke dalam bentuk rangkuman laporan yang berguna. Laporan ini biasanya digunakan oleh manajer dan level eksekutif untuk mengakses secara cepat laporan yang berasal dari seluruh perusahaan dan departemen, sehingga dapat diperoleh pengetahuan yang berguna bagi pihak eksekutif. Laporan ini digunakan untuk menemukan alternatif solusi untuk menekan permasalahan manajerial dan membuat perencanaan keputusan untuk perusahaan.

     Sistem Informasi Eksekutif merupakan suatu bagian yang menyediakan informasi bagi eksekuif mengenai kinerja keseluruhan perusahaan. EIS Mengirimkan, menganalisis, dan menyajikan informasi pada stasiun kerja para pengambil keputusan yang memberikan gambaran jelas kepadanya mengenai standar penting serta kejadian-kejadian, sebelum terlambat menanganinya. Data khususnya gambaran pasar, informasi keuangan, dan statistik industri, dikumpulkan dari sistem pemrosesan bisnis on-line milik perusahaan dan organisasi pihak ketiga. Dalam membangun EIS para eksekutif menggunakan beberapa konsep dasar yang bertujuan memungkinkan para eksekutif dapat memantau seberapa baiknya kinerja perusahaan dalam mencapai tujuannya.


 Gambar 1. Sistem Informasi Perusahaan tanpa SIE


Gambar 2. Sistem Informasi Dengan SIE  

Dalam SIE dibutuhkan sistem pendukung eksekutif, yaitu : 
  • Input : Data agregat perusahaan, data internal dan data external. 
  • Proses : Simulasi Interaktif dan grafis 
  • Output : Proyek 
  • User : Manajemen Puncak 
2.2 Faktor - faktor penentu keberhasilan penerapan SIE

 a. Sponsor Eksekutif 

     Yang mengerti dan berkomitmen Eksekutif tngkat puncak (CEO) harus berfungsi sebagai sponsor eksekutif EIS agar mampu menorong penerapan EIS diperusahaan.

 b. Sponsor Operasi 

     Jika sponsor eksekutif terlalu sibuk, maka sebagian tugas dilimpahkan kepada eksekutif puncak lain sebagai sponsor operasi yang bekerja sama dengan spesialis informasi untuk memastikan pelaksanaan pekerjaaan.

 c. Staf Jasa Informasi Yang Sesuai 

     Harus tersedia spesialis informasi yang tidak hanya mengerti teknologi informasi, tetapi tahu juga cara eksekutif menggunakan system tersebut. 

 d. Teknologi Informasi Yang Sesuai 
     
     Penggunakan teknologi informasi harus benar-benar sesuai dengan keinginan eksekutif, tidak lebih atau kurang. 

 e. Manajemen Data 

     Tidak hanya untuk menghasilkan informasi, eksekutif juga menginginkan sejauh mana kemutakhiran dari data dan informasi yang dihasilkan.

 f. Kaitan Yang Jelas Dengan Tujuan Bisnis 

     Sebagian besar EIS yang dirancang digunakan untuk memecahkan masalah yang spesifik berkaitan dengan bisnis. 

 g. Manajemen Atas Penolakan Organisasi 
     Jika eksekutif menolak menggunakan EIS, perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan mengidentifikasikan satu masalah yang dihadapi eksekutif tersebut untuk penerapannya. 

 h. Manajemen Atas Penyebaran Dan Evolusi System 

    Jika manajer tingkat atas mulai menerima informasi dari EIS, maka manajer tingkat bawah menginginkan informasi yang sama, karena mereka ingin mengantisipasi masalah dan memecahkannya sebelum manajer tingkat atas mengangap masalah tersebut tidak terkendali.


2.3 Model Sistem Informasi Eksekutif



Gambar 3. Model sistem informasi eksekutif

     Suatu Sistem Informasi Eksekutif pada dasarnya terdiri atas sebuah Komputer personal (PC) yang terhubung dengan basis data eksekutif yang memberikan tampilan yang sesuai dengan permintaan informasi, selain terhubung ke basis data eksekutif, SIE juga terhubung ke SIM Organisasi, sehingga eksekutif dapat memperoleh data inti dan data ringkasan semua system fungsional organisasi, sehingga eksekutif dapat memperoleh gambaran menyeluruh tentang organisasi. 

2.4 Karakeristik Teknologi Informasi untuk EIS

     Dari definisi EIS, dapat diketahui EIS berhubungan erat dengan pengelolaan dan perepresentasian informasi dengan menggunakan komputer. Dengan .demikian, EIS sangat erat kaitannya dengan teknologi informasi. Adapun karakteristik teknologi informasi yang dibutuhkan oleh EIS adalah sebagai berikut :  

  1. Executive-friendly, sesuai dengan keahlian mengoperasikan komputer yang dimiliki oleh kalangan eksekutif. Mudah digunakan dan mudah dipelajari. 
  2. Memungkinkan pengguna untuk meng-undo prosedur atau kembali ke tampilan layar yang diakses sebelumnya. 
  3. Memiliki on-line help
  4. Sesuai dengan kebutuhan eksekutif dalam hal kecepatan.
  5. Graphic-oriented dan dapat menampilkan tampilan grafis yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan. 
2.5 Karakteristik Data untuk EIS  

     Format data yang disediakan oleh EIS juga harus memenuhi kebutuhan data para pihak eksekutif. Berikut adalah karakteristik data yang dibutuhkan oleh EIS :  

  1. Data yang telah dirangkum (highly summarized data). Pada umumnya, eksekutif lebih mencari rangkuman data, dibandingkan rincian data, untuk membuat keputusan.
  2. Drill down. Menyediakan mekanisme yang memungkinkan eksekutif untuk melakukan drill down, atau melihat rincian data yang menyusun rangkuman data.  
  3. Integrasi data dari basis data yang berbeda - beda. Terkadang eksekutif memerlukan data dari basis data on-line, seperti jumlah current budget. Dalam periode tertentu, eksekutif akan memerlukan akses ke rangkuman data yang dikelola secara statis di basis data. 
  4. Eksekutif lebih tertarik untuk melihat trend jangka panjang, misalnya lima tahun ke depan.  
  5. Informasi menjadi lebih bermakna jika dapat dibandingkan dengan informasi lain yang sejenis. Artinya, EIS harus dapat mengakses data eksternal yang dapat dibandingkan dengan data perusahaan. 
  6. Informasi yang disampaikan kepada eksekutif harus dalam bentuk yang ditentukan oleh faktor penentu kesuksesan (critical success factors) yang didefinisikan oleh eksekutif.  

2.6 Karakteristik EIS :

     Dari karakteristik teknologi informasi dan data yang dibutuhkan oleh EIS, serta tujuan dari EIS, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah EIS memiliki karakteristik sebagai berikut : 

  1. Disesuaikan untuk pihak eksekutif.
  2. Mudah digunakan. 
  3. Memiliki kemampuan drill down. 
  4. Mendukung kebutuhan data eksternal. 
  5. Dapat membantu dalam situasi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi. 
  6. Memiliki orientasi masa depan.    

     Perkembangan Arsitektur EIS 

     EIS tradisional memiliki dua komponen utama yaitu: (1) basis data terpusat, yang merupakan repositori data yang diekstrak dari berbagai sumber; (2) mesin untuk menganalisa data dan menampilkan hasilnya kepada para eksekutif. 



Gambar 4. Arsitektur Tradisional EIS

     Arsitektur ini sederhana dan mudah untuk dikelola. Karena menggunakan basis data terpusat, query dan analisa dapat diproses dengan cepat. Akan tetapi dalam melakukan ekstraksi dan peng-updatean data dari sumber yang berbeda ke dalam basis data terpusat merupakan permasalahan yang kompleks. Sebab seringkali data tersebut tidak kompatibel antara satu sumber dengan sumber data yang lain. Arsitektur EIS tradisional tidak dapat beradaptasi terhadap inkompatibilitas data. Oleh karena itu, setiap kali terdapat perubahan pada local system, basis data terpusat harus disusun kembali, di-compile ulang, atau bahkan didesain ulang. EIS tradisional hanya mendukung analisis data sederhana yang sudah didefinisikan terlebih dahulu. 

     Adanya permasalahan ini, mendorong para peneliti untuk mempelajari cara untuk: (1) mengintegrasikan dan mengakses data dari sumber data terdistribusi yang heterogen, dan (2) menganalisa data melalui pendekatan multidimensional.

     Teknologi data warehousing dan teknik On-line Analytical Processing (OLAP) telah memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan EIS tradisional. Peningkatan ini mengarah pada terbentuknya arsitektur EIS yang baru, yaitu EIS kontemporer. Pada arsitektur ini, basis data terpusat digantikan fungsinya oleh data warehouse, sedangkan teknik OLAP digunakan untuk analisis data multidimensional dan penampilan informasi. Teknologi data warehousing mengurangi masalah integrasi data. Data dari local system yang berbeda akan diekstrak, dibersihkan, dan ditransformasikan oleh integrator berdasarkan skema data terintegrasi, kemudian disimpan ke dalam data warehouse.


Gambar 5. Arsitektur kontemporer EIS

     Namun Struktur EIS Kontemporer pada dasarnya tidak memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas dimana :
  1. Fleksibilitas : kemampuan untuk mengakomodir perubahan kebutuhan data oleh eksekutif   
  2. Adaptabilitas : Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan konten, format data, platform, dan struktur yang mungkin muncul dalam sumber data loka
     Dari kekurangan fleksibiltas dan adaptabilitas tersebutlah kemudian di coba untuk mengembangkan dengan pendekatan menggunakan Database, adalah Metode sistem integrasi yang dapat mengelolah beberapa sistem dan bisa mendapatkan open system architecture sambil tetap mempertahankan otonomi local system dan memungkinkan untuk sistem tersebut berevolusi. Dibawah ini akan ditampilkan gambaran seperti apa pendekatan metadatabase tersebut



Gambar 6. Gambar Metadatabase

      Sehingga struktur EIS kontemporer yang telah beradaptasi dengan menggunakan pendekatan metadatabase mengalami evolusi dan dapat berubah menjadi :


Gambar 7. Gambar Metadatabase Management System

     Arsitektur yang baru terdiri dari 2 unsur besar, yaitu : Metadatabase Management System (MDBMS). Adalah sistem berbasis pengetahuan yang mengintegrasikan dan mengatur penggunaan multiple local system melalui data atau metadata. Yang memiliki 2 peranan penting, yaitu (1) Menyediakan akses yang transparan terhadap data dari local system dan warehouse (2) Menyediakan metadata yang dibutuhkan untuk analisis multidimensional data 

     Multidimensional Data Analysis System (MDAS). yang terdiri dari 2 sub-sistem, yaitu:  

  1. ROLAP/MDB Interface yang menyediakan penghubung eksekutif untuk memformulasikan permintaan mereka dan untuk menampilkan hasil analisis mereka  
  2. ROLAP/MDB (Relational On-Line Analytical Processsing/ Multidimentional DataBase) Analyzer yaitu Software yang digunakan untuk mengolah metadatabase yang disediakan oleh MDBMS untuk memungkinkan analisis online multidimentional data. 

2.7 Implementasi EIS :

    Berikut ini merupakan langkah – langkah pengimplementasian EIS, yaitu :
  1. Membangun data warehouse yang lengkap dan efisien.
  2. Membuat prototipe EIS, membuat desain eksperimen dari seluruh atau sebagian sistem, untuk mengujicobakan prosedur/prinsip, teknik atau tool tertentu. 
  3. Membuat dokumentasi pengembangan EIS untuk tiap tahap pengembangan. 
  4. Menggunakan dukungan otomatisasi kantor (e-mail, scheduler, dll). Sebelum membuat keputusan, eksekutif perlu berdiskusi dengan staff untuk meminta pendapat dari pihak - pihak yang dipengaruhi oleh keputusan yang akan dibuat. Dengan demikian dapat juga dianalisis kemungkinan adanya alternatif keputusan. Setelah membuat keputusan, eksekutif perlu melakukan sosialisasi dan follow-up. Otomatisasi kantor mendukung untuk kedua hal tersebut di atas.     


BAB III 
PEMBAHASAN


     Bank Mandiri yang didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Empat bank milik pemerintah yang bergabung menjadi bank Mandiri tersebut adalah Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia.

     Dari penyatuan empat bank pemerintah yang memiliki core banking system yang berbeda-beda, data center yang berbeda-beda, serta infrastruktur baik hardware, software maupun jaringan yang berbeda-beda maka pada awal bank Mandiri melakukan evaluasi atas core banking sistem dari keempat bank legacy. Dan pada akhirnya bank Mandiri memutuskan untuk mengembangkan SIE nya dengan cara memodifikasi sistem core banking Bank Exim (BEST) untuk memenuhi kebutuhan standar produk awal bank Mandiri yang kemudian disebut dengan MASTER (Mandiri Sistem Terpadu).

     Berdasar hasil evaluasi atas core banking sistem dari keempat bank legacy tersebut sistem core banking Bank Eximlah yang dianggap terbaik dari keempat sistem yang ada pada keempat legacy bank dan yang paling memungkinkan untuk direkomendasikan sebagai standar sistem paling memungkinkan untuk diimplementasikan sesuai dengan time frame legal merger.

     Sistem core banking bank Exim telah diimplementasikan pada lebih dari 200 cabang, dan terdapat 40 karyawan bank Exim memahami sistem tersebut dengan baik.

     MASTER hanya sebuah solusi sementara jangka pendek untuk dapat secepatnya beroperasi dalam satu platform. MASTER tidak dapat mendukung kebutuhan bisnis dan visi bank Mandiri untuk masa mendatang karena MASTER dibuat pada pertengahan tahun 1980an untuk keperluan bank dengan segmen korporasi, sedangkan bank Mandiri menyasar pada segmen yang berbeda denga bank Exim yaitu segmen ritel

     Selain itu, arsitektur sistem MASTER dikembangkan dengan konsep branch- centric yang tidak dapat mendukung konsep hub and spoke. Disamping itu database yang dimiliki oleh MASTER ini cukup terbatas dan tidak dapat memenuhi kebutuhan customer view dan segmentasi nasabah yang diperlukan.

     Selanjutnya dilakukan benchmarking aplikasi MASTER yang dilakukan di IBM Center Rochester dan diketahui bahwa MASTER tidak dapat memenuhi kebutuhan bank Mandiri. Dari sini, pihak manajemen bank Mandiri sepakat untuk mengganti core banking sistemnya dengan sistem off- the-shelf from the market yang dapat mendukung bisnis dan visi bank Mandiri, dan tidak mendesain ulang sistem MASTER.

     Setelah itu dilakukan penggantian sistem MASTER ke system eMAS (Enterprise Mandiri Advanced System) yang project pilotnya dilakukan dalam dua tahap. Sistem eMAS dijalankan senilai US$ 173 juta selama 3 tahun yang mencakup empat inisiatif utama yaitu:
  • Memperkaya dan memperbarui delivery channel.  
  • Membangun sistem core banking baru yang terintegrasi.  
  • Membangun MIS didukung teknologi Data Warehouse terkini.  
  • Memperkuat dan memperbarui sistem infrastruktur yang reliable. 
     didukung oleh anggota tim sebanyak 500 orang, 32 proyek, 18 sistem interfaces dan 128 sub modul.
Pada bank Mandiri, ada beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pengelolaan data, yaitu:
  • Timeless: data harus tersedia pada watunya untuk mengantisipasi perubahan bisnis yang cepat.  
  • Usability: data harus sesuai dengan kebutuhan user.  
  • Completeness: data yang lengkap akan dapat memberikan gambaran bisnis yang lebih baik, sehingga pada saat pemasukan data (data entry), field-field penting telah dibuat mandatory dan default value.  
  • Correctness: ketepatan data untuk digunakannya parameter table untuk meminimalisir kesalahan pengetikan (typing error). 
  • Precision: memastikan bahwa data tetap lengkap dan sesuai (tidak ada data yang hilang atau berubah).  
  • Lack of abiguity: kesamaan persepsi atas data diperlukan untuk menghindari misinterpretasi.  

     Untuk mendukung penyediaan data dan informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu dan konsisten maka dibentuk Enterprise Information Architecture yang bersifat "agile & adaptive" dan comply dengan Basel II.

     Saat ini, sebagian besar proses pelaporan telah berjalan secara otomatis, meski terdapat beberapa yang masih diperlukan adanya intervensi atau pengontrolan dari unit terkait dalam hal ini eksekutif untuk dilakukan adjustment sesuai keputusan manajemen, maupun adanya temuan audit internal dan eksternal.

    Walaupun demikian, diakui pihak IT bank Mandiri, bahwa masih terasa terdapat kekurang optimalan waktu pemrosesan pembentukan data menjadi informasi, serta kurangnya pemahaman terhadap kebutuhan laporan dan data yang tersedia. Untuk itu diperlukan upaya performance tuning pada database maupun program, termasuk simplifikasi laporan dan reengineering proses pembentukan laporan.

    Pihak bank Mandiri telah melakukan pengantisipasian external shocks dengan menggunakan Business Intelligence (BI). Saat ini analisiss Business Intelligence sudah digunakan oleh unit bisnis untuk pengambilan berbagai keputusan strategis, meskipun sementara ini penggunaannya masih dalam tahap sales dan marketing product.

     Tetapi, untuk lebih mengoptimalkan penggunaannya perlu disusun datamart (subset dari Data warehouse yang berisi data yang lebih spesifik yang bersifat departemental) yang lebih komprehensif dan peningkatan pemahaman, baik oleh IT maupun user, yaitu pihak manajemen puncak yang tetkait untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi (mis- interpretation).

    Semua sistem Informasi Eksekutif PT. Bank Mandiri dikembangkan oleh Berca Tim, dengan teknologi yang digunakan adalah :
  • DB Server: Oracle DB 10g R2 di SunOS 
  • IBM DataStage sebagai Engine ETL 
  • OLAP CUBE (MOLAB): Essbase Oracle 
  • Front End: SAP Excelsius BO dan SAP BO Webi  

Gambar 8. Model Sistem Informasi Eksekutif PT. Bank Mandiri dengan MASTER



BAB IV PENUTUP

Kesimpulan  

     Sistem Informasi Eksekutif yang dikembangkan pada Bank Mandiri sebagai alat untuk membantu penyediaan informasi kinerja perusahaan dalam pengambilan keputusan oleh para top executive sudah baik sekali. Hanya saja sistem informasi merupakan teknologi yang dinamis sekali dan bergerak sangat cepat mengikuti perkembangan informasi. Oleh karena itu untuk dapat menjaga kinerja Sistem Informasi Eksekutif harus ada pengembangan terhadap sistem yang ada sekarang karena teknologi menjadi investasi yang sangat penting sekali kedepannya sebagai sarana dalam membantu operasional perusahaan. Sebagai bank dengan kinerja yang sangat baik di Indonesia, maka Bank Mandiri harus peduli dengan pengembangan teknologi informasinya salah satunya adalah Sistem Informasi Eksekutif.